Sunday, April 19, 2009

Evangelist Reinhard Bonnke


Pekerjaan Roh Kudus yang luar biasa sungguh memuliakan nama Tuhan Yesus melalui hambanya

Evangelist Reinhard Bonnke

Reinhard Bonnke lahir pada 1940 di Jerman Timur. Saat itu Perang Dunia II tengah berkecamuk. Ia anak kelima dari enam bersaudara. Bersama ibunya, mereka lari sebagai pengungsi. Dengan naik kapal, mereka melintasi Laut Baltik dan mendarat di Denmark. Mereka berada di tempat pengungsian yang dikelilingi kawat berduri. Untuk bertahan hidup, mereka terpaksa mengais-ngais makanan. Sebuah masa kecil yang getir. ”Jadi, itulah yang melatari mengapa saya sangat ber-belas kasihan pada kaum gelandangan dan kaum miskin,” kenangnya dalam sebuah wawancara. Pada usia sembilan tahun, ia dan saudara-saudaranya kembali ke Jerman. Ayahnya saat itu menjadi pendeta dan telah merintis gereja di Hamburg, Jerman Barat. Di situlah ia dibesarkan.
Evangelist Reinhard Bonnke diakui sebagai pengkhotbah dengan hadirin terbanyak sepanjang sejarah. Ia mendapatkan visi tentang Afrika yang dibasuh oleh darah Yesus.
Evangelist Reinhard Bonnke dikenal karena pelayanan penginjilannya yang luar biasa di seluruh benua Afrika. Reinhard memberikan hidupnya bagi Tuhan di usia 9 tahun, dan mendengar panggilannya untuk ladang misi (memberitakan injil) sebelum ia beranjak remaja. Setelah menyelesaikan pendidikan theologianya di Bible College, Wales, Reinhard menjadi pastor di Jerman selama tujuh tahun dan kemudian memulai pelayanan misinya di Afrika Selatan. Di sana, di sebuah bukit kecil di Lesotho, Tuhan memperlihatkan hati-Nya atas Afrika dan Reinhard mendapatkan penglihatan bagaimana darah Yesus yang berharga itu membasuh seluruh benua Afrika, dari Cape Town ke Kairo, dari Dakar ke Djibouti. Seluruh Afrika butuh untuk dijangkau dan mendengar proklamasi penyelamatan itu - mengikuti Injil.
Reinhard mengawali kebaktiannya di tenda dengan kapasitas hanya 800 orang. Tapi kemudian berkembang dengan cepat sampai akhirnya di tahun 1984, Reinhard memimpin pembangunan tenda dengan kapasitas 34.000 orang. Tidak lama kemudian, pelayanannya terus berkembang sampai akhirnya Reinhard mengadakan kebaktian di lapangan terbuka dengan mengumpulkan 150.000 orang. Semenjak saat itu, Reinhard telah memimpin kebaktian yang dihadiri 1,6 juta orang. Reinhard menggunakan menara sound sistem yang bisa di dengar bermil-mil jauhnya.
Saat ini telah lebih dari 30 tahun semenjak Reinhard Bonnke mendirikan pelayanan internasionalnya ‘Christ for all Nations' (CfaN), yang memiliki kantor cabang di Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Inggris, Afrika, Singapura dan Amerika Selatan.
Sejak permulaan milenium baru, Reinhard telah menjadi bintang tamu di sebagian besar even di Afrika dan bagian lain dari dunia dengan tujuan melihat 100 juta jiwa menerima Yesus di dekade ini. Dan sampai saat ini 42 juta orang telah meresponi panggilan Injil. CfaN juga menjadi sponsor aktif "Global Pastor's Network", pergerakan interdenominasi seluruh dunia yang memiliki visi untuk menjangkau 1 milyar jiwa dan menanam 5 juta gereja di seluruh dunia selama 10 tahun ke depan.
Kami selalu ada KKR setiap waktu. Walaupun tampaknya sama, sesungguhnya berbeda. Jadi, tidak bisa dibedakan satu dengan yang lain. Tetapi massa terbanyak yang pernah saya lihat terjadi pada November 2000 di kota Lagos, Nigeria, sekitar 1,6 juta orang berkumpul di satu tempat. Selama 6 hari KKR ada 3,4 juta orang yang mengisi formulir dan mengambil keputusan menerima Yesus Kristus Tuhan. Kami punya 200.000 konselor, 3.000 penerima tamu, dan 10.000 polisi. Semua polisi juga telah diselamatkan
Reinhard Bonnke - Visi untuk Afrika




PENCURI KECIL YANG BERTOBAT
Selama dalam pengungsian, ia tidak mengenal uang karena di sana sama sekali tidak ada uang. Pemerintah Denmark memberi mereka makanan dan pakaian. Untuk tempat tinggal, empat keluarga mesti berbagi satu ruangan. Ketika kembali ke Jerman, barulah ia tahu uang. Ia sadar, dengan uang ia bisa membeli permen. Ia pun mencuri beberapa keping uang dari dompet ibu-nya dan pergi membeli permen. Ibunya memergokinya. Namun, alih-alih menghukumnya, ibunya merangkulnya dan berkata, “Reinhard, kau sedang menuju neraka karena kau ini pencuri.”
Saat itu ia merasa Roh Kudus menjamah hatinya. Ia melihat dirinya sebagai orang berdosa. Ibunya menjelaskan bahwa Yesus peduli dan dapat menyelamatkan orang berdosa. Ia mengalami kelahiran kembali, dan sejak saat itu tidak pernah mencuri uang lagi.Setahun kemudian, pada usia sepuluh tahun, ia mendapatkan panggilan Tuhan. Saat itu sedang ada pembicara tamu yang berkhotbah di gereja ayahnya. Tiba-tiba ia mendengar suara Roh Kudus di dalam hatinya, begitu nyaring, mengatakan, “Reinhard, suatu hari kau akan memberitakan Injil di Afrika.”Ia mulai menangis dan berlari ke depan, memeluk ayahnya.”Papa, Papa, Papa, Tuhan berbicara kepadaku,” katanya.”Apa yang dikatakan-Nya?” tanya ayahnya.”Tuhan berkata, suatu hari aku akan memberitakan Injil di Afrika,” jelasnya.
Ayahnya menjawab, ”Reinhard, kakakmu yang akan meneruskan pelayananku di sini.”Pengalaman pertobatan dan panggilan ilahi itu tak ayal memengaruhi per-gaulannya. Ia sadar dirinya tidak bisa bersikap sembrono pada para gadis seperti anak laki-laki sebayanya karena suatu hari ia akan berkhotbah kepada mereka. Karenanya, ketika menikah pada usia 22 tahun, istrinya menjadi perempuan per-tama yang diciumnya.
MUKJIZAT PERTAMA
Setelah kuliah di Bible College di Wales, ia menjadi pendeta di Jerman selama tujuh tahun. Pada 1969 ia dan istrinya, Anni, serta anak laki-laki mereka yang masih bayi, berangkat ke Maseru, Lesotho. Pada tahun-tahun awal di Maseru, Reinhard dan Annie melakukan karya misi secara tradisional. Ketika itulah ia mendapatkan penglihatan tentang “benua Afrika, dibasuh oleh darah Yesus yang mahal harganya”. Visi itu menanamkan kerinduan dalam hatinya untuk menjangkau seluruh benua Afrika, dari Cape Town sampai Kairo dan dari Dakar sampai Djibouti. Pada awalnya ia belum melihat bukti bahwa gagasan sebesar itu mungkin diwujudkan, namun ia terus berpegang teguh pada impian ilahi itu dan bertekun dalam pelayanannya.
Semula ia bukan orang yang yakin pada mukjizat. Ia tahu Yesus dulu menyembuhkan orang sakit, namun ia tidak yakin Yesus masih menyembuhkan orang saat ini. Ia memilih menahan diri. Suatu hari ia mengundang seorang hamba Tuhan dari Zulu, Richard Ngidi. Pelayanan Richard disertai dengan tanda-tanda dan mukjizat. Setelah menyaksikannya dengan mata sendiri, Reinhard mulai menyadari bahwa firman Allah tentang mukjizat masih berlaku. Kira-kira setahun kemudian ia mengundang hamba Tuhan lain, yang juga bergerak dalam pelayanan tanda-tanda dan mukjizat. Orang ini berjanji akan melayani pada kebaktian Sabtu dan Minggu. Pada kebaktian Sabtu, gerejanya dipadati orang sakit. Namun, setelah berkhotbah selama sepuluh menit, orang itu meminta Reinhard menutup kebaktian, dan berjanji akan berdoa untuk orang-orang sakit itu keesokan harinya.
Esoknya, ketika Reinhard menjemputnya di hotel, orang itu mengatakan, Roh Kudus menyuruhnya pulang. Dan orang itu pun pergi begitu saja. Reinhard marah dan merasa dipermainkan. Sambil menyetir mobil kembali ke gerejanya, ia berdoa, ”Aku ini memang hanya misionaris. Tapi aku ini juga anak-Mu. Aku akan ke gereja dan akan berkhotbah dan berdoa untuk orang sakit, dan Engkau yang akan melakukan mukjizat.” Ia merasakan damai sejahtera menyelimuti hatinya. Dan, benar saja, pagi itu Tuhan memakainya secara luar biasa. Orang buta dan orang lumpuh disembuhkan. Hadirin mengalami jamahan Roh Tuhan. Sejak saat itu kuasa Tuhan nyata dalam pelayanannya.
PELAYANAN TENDA
Pada 1974 ia mendirikan lembaga penginjilan Christ for all Nations (CfaN). Ia memulai kebaktian di tenda yang dapat menampung 800 orang. Namun, seiring dengan semakin meningkatnya pengunjung, mereka harus membeli tenda yang lebih besar lagi. Begitulah, sampai pada 1984, mereka membangun tenda terbesar di dunia, sebuah tenda yang dapat dipindah-pindah dengan kapasitas 34.000 tempat duduk! Tidak lama kemudian tenda besar itu sudah tidak mampu menampung banyaknya pengunjung. Ia mulai mengadakan kebaktian di lapangan terbuka, dengan pengunjung pada awalnya tidak kurang dari 150.000 orang. Sejak saat itu ia berkeliling ke berbagai kota di seluruh Afrika, berkhotbah di lapangan terbuka. Di Lagos, Nigeria, pengunjungnya mencapai 1,6 juta dengan tata suara yang terdengar sampai bermil-mil jauhnya.
Pelayanannya lalu meluas sampai ke Asia. Ia telah mengadakan KKR di Malaysia, Filipina, Indonesia, Singapura, dan India, serta empat negara di Amerika Selatan. Sampai saat ini tercatat tak kurang dari 42 juta jiwa mengambil keputusan bagi Yesus melalui KKR CfaN. Dalam dekade pertama pada milenium baru ini, mereka mencanangkan visi untuk melihat angka itu mencapai 100 juta. Sebagai bagian dari program pelatihan pemuridan mereka, lebih dari 178 juta eksemplar buku dan buklet CfaN telah diterbitkan dalam 140 bahasa dan dicetak di 53 negara. CfaN juga secara aktif mendukung Global Pastor’s Network, pergerakan interdenominasi sedunia yang bervisi menjangkau satu milyar jiwa dan merintis lima juta gereja di seluruh dunia sebelum 2010.
ORANG MATI BANGKIT SESUDAH 3 HARI MATI
Sebuah peristiwa yang menggemparkan dan tidak masuk di akal terjadi di era milenium yang semuanya serba modern ini. Seorang Pendeta yang sudah 3 hari meninggal dan dibaringkan di kamar mayat, bangkit dan hidup kembali. Kisah menggemparkan ini terjadi di tengah-tengah KKR yang dipimpin oleh Reinhard Bonnke di kota Onitsha (Nigeria) yang dihadiri jutaan orang. Puji nama Tuhan! Ikuti kisahnya di bawah ini. Tanggal 30 November 2001, Pdt. Daniel Ekeehukwu dengan temannya mengendarai kendaraan dari Onitsha (Nigeria) menuju desa ayahnya di Owerri. Ia ingin membawa hadiah Natal untuk ayahnya. Di dalam perjalanan ia mengalami kerusakan rem (rem blong), di mana pedal rem yang diinjak tak berfungsi sama sekali. Kecelakaanpun tak terhindari, mobilnya meluncur kencang nabrak tiang batu dengan keras dan dadanya terhentak tangkai stir, kepalanya tebentur kaca depan. Ia mengalami luka parah dan segera dilarikan di rumah sakit terdekat di Onitsha dan dirawat secara intensif. Kecelakaan tersebut menyebabkan ajal mejemput sang Pendeta. Ia harus menghadap Sang Penciptanya begitu cepat. Sekalipun ia seorang Pendeta, namun ia tidak berkuasa juga untuk menolak maut. Ia harus rela meninggalkan istri dan anak tercinta, teman-teman dan jemaatnya yang ia gembalakan. Namun bagi Tuhan, kematian sang Pendeta ini dipakai Tuhan untuk menyampaikan pesan-pesan sorgawi bagi dunia yang semakin rusak ini. Kesaksian isteri (Nneka Ekechukwu): Orang-orang di sekelilingnya (Pdt. Daniel) mengatakan: " Pendeta, Pendeta, isterimu di sini, isterimu di sini!". Lalu ia sadar dan memanggilku. Aku menjawab dan mengatakan kepadanya “Apakah kamu ingin meninggalkan aku dan anakmu untuk selamanya?” Jangan sampai itu terjadi! Dia bertanya kepadaku “Di mana aku sekarang? Aku menjawab “rumah sakit Boromyuo". Ia minta agar aku mengeluarkannya, jika aku benar-benar mencintai, dan janganlah mati di sini. Ia minta agar aku membawanya ke dokter yang di Owerri. Staf medis rumah sakit memberitahukan bahwa keadaan Daniel sangat parah. Beberapa menit perjalanan dia mulai mengalami gangguan pernafasan yang serius. Dalam perjalanan suamiku berkata, agar aku mengasuh anak-anak dan pelayanan di gereja. Ia juga berkata bahwa ia telah membangun sebuah rumah untukku dan memintaku supaya jangan ragu-ragu dalam mengasuh tiap-tiap jemaat Tuhan. Ia berkata bahwa beberapa orang-orang dipanggil begitu cepat ( meninggal) dan ia salah satu di antara mereka, sekarang perjalananya sudah berakhir. Kemudian aku mulai menangis dan berteriak sambil memanggil namanya. Aku kuatir terhadap hari-hari mendatang dalam hidupku, penderitaan yang begitu berat pasti akan aku hadapi tanpa suami. Aku meratap dan menangis terus. Orang-orang memegangiku dan menghibur aku, supaya aku jangan menangis, sebab aku sedang hamil. Mereka menyadarkanku untuk memperhatikan keadaanku sendiri sekarang. Sley Iruka ( Teman): Pertama kami tiba di Federal Medical Center. Mereka bilang “sudah terlambat” dan kami tidak diindahkan. Mereka juga bilang bahwa dokternya Daniel tidak ada di sini. Lalu datang seorang dokter lain dan seorang perawat mengecek apa yang terjadi. Kami mengatakan bahwa orang ini mengalami kecelakaan. Mereka mengatakan “baiklah, tapi ini sudah terlambat”. Daniel sudah meninggal, dan sebaiknya disimpan saja di kamar mayat.
Okoronkwo Emmanuel (Paman): Saat kami buru-buru mendatangi klinik St. Eunece dan menemui dr. Joss. Ia memeriksa secara seksama, dan mengatakan “sudah mati” dan sebaiknya dibawa saja ke kamar mayat. Dr. Josse Annebunwa: Aku telah diberitahu bahwa ia (Daniel) mengalami kecelakaan kendaraan menuju Onitsha. Ketika aku memeriksanya, kuperiksa dadanya, namun tidak ada aktivitas pernapasan. Aku menggunakan alat Stetoskop dan tidak ada bunyi nafas. Aku memeriksa dengan sistem Cardiovasculer, tetapi tidak ada bunyi. Pasien tidak punya denyut nadi. Lalu aku memperoleh kesimpulan bahwa pasien sudah mati. Aku memerintahkan supaya pasien di bawa ke kamar mayat. Nneka Ekechukwu (Isteri): Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Kekuatanku serasa lenyap. Aku teriak bahwa rumah Daniel dekat dengan Owerri dan aku bilang agar ke rumah tinggal ayahnya. Sampailah di rumah ayahnya, mertuaku bersama-sama dengan kami. Lawrence EK. Ihugpe (Ayah): Pada malam hari, tengah malam Jumat itu , isteri Daniel datang ke sini dengan mayat suaminya. Setelah melihatnya, agar dapat terhindar dari kerumunan orang-orang, aku mengambilnya dan membawa ke kamar mayat. Barlington R. Manu (petugas kamar mayat): Ketika mereka membawa mayatnya ke sini, ia dibawa oleh ayah dan isterinya. Tidak ada kehidupan, denyutpun tidak ada, maupun tanda-tanda pernafasan, aku menerimanya sebagai mayat. Setelah pemeriksaan semua dilakukan di sekitar badan dan seluruh tubuh, dan semuanya kaku. Itulah yang membuat kami mulai melakukan proses pembalseman. Kemudian kami memindahkannya ke ruang yang kedua, menaruhnya pada papan yang terakhir. Lawrence EK. Ihugpe (ayah): Petugas kamar mayat mengambil nama kami dan kami memberinya uang 1000 Naire untuk melanjutkan pekerjaannya. Kemudian hari Sabtunya kami berangkat ke Onitsha membawa pulang anak-anak, isteri, dan putra sulungku yang juga tinggal di Onitsha. Aku bawa pulang mereka semua. Setelah aku membawa mereka, kemudian isterinya menangis sambil berteriak. Nneke Ekechukwu (isteri): Tetapi aku mulai memanggil nama Tuhan dan mengingatkan janji-janjiNya. Pertama, tahun ini Tuhan mengatakan dalam Yesaya 61, bahwa tidak akan terjadi lagi kabar tentang kekerasan atas rumahku lagi. Aku akan disebut kota Allah. Maka apapun yang terjadi, aku akan tetap berpegang pada Tuhan seperti pada firmanNya, aku katakan "Ini adalah kekerasan (tragedi) lain yang telah datang lagi atasku dan Engkau berjanji bahwa aku tidak akan mengalaminya lagi. Mengapa yang ini tetap terjadi?" Inilah yang mendorong aku untuk tetap berpegang pada Tuhan, sehingga kekerasan (tragedi) enyah dari hidupku. Ayat lain yang mengilhamiku, Ibrani 11:35 " Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang mati,...” Ayat inilah yang selalu menguatkan aku untuk terus memegang janji Tuhan dan perbuatanNya. Mungkin itulah sebabnya, ketika aku mengahadapi semuanya ini, aku berkata " Tidak!, ini tidak bisa terjadi". Aku harus melakukan sesuatu untuk menagih janji Tuhan lagi. Lawrence EK. Ihugpe (ayah): Pada hari Sabtu, selagi kami sedang tidur malam, isteri putraku (yang sedang berada di kamar mayat) mengatakan agar aku membawanya dan juga mayat suaminya ke Onitsha untuk bertemu dengan Pdt. Reinhard Bonnke (Pendeta dari Jerman yang sedang KKR di Nigeria). Nneke Ekechukwu (isteri): Setelah beberapa waktu lamanya, bapak mertuaku mempertimbangkan permintaanku tadi dan memutuskan untuk mengabulkan permintaanku. Ia kemudian datang ke petugas kamar mayat untuk memperbolehkan membawa mayat suamiku. Ketika kami tiba di kamar mayat, mereka sudah meletakkan mayat suamiku ke dalam peti mati. Aku bersama juga dengan putra pertamaku, Victor. Ketika aku sampai di kamar mayat, aku menyembunyikan putraku, sehingga ia tidak dapat melihat ayahnya yang terbujur kaku. Tetapi ia terus bertanya kepadaku “mana ayah, mana ayah?” Namun aku mengatakan kepadanya bahwa ayahnya ada di kampung (Onitsha). Aku berusaha menyembunyikan dia dari mayat ayahnya, namun ia menangis dan berteriak memanggil ayahnya. Pada waktu mereka menaruh mayat suamiku masuk ke dalam ambulan, mereka berusaha menyingkirkanku. Namun aku terus berlari dan segera masuk ke dalam ambulan dengan putraku. Kemudian kami mengemudikan menuju ke sebuah tempat (Grace Of Ministry, Onitsha). Ketika kami masuk kami bertanya kepada seseorang “Apakah Pdt. Bonnke sudah tiba?”
Pdt. Dr. Paul Nwachkwu (panitia KKR. Bonnke) Bonnke berada di sini sejak tanggal 2 Desember 2001 dalam komisi "The Kingdom Life World Evangelism” sebuah pelayanan penginjilan yang besar. Kami mengedarkan iklan untuk mengundang masyarakat umum untuk datang mengalami kesembuhan illahi dari berbagai penyakit dan berdoa bagi penduduk Onitsha. Ketika kami sedang berada di mimbar, jam 1:00 (13:00 waktu setempat) dan Pdt. Bonnke sedang berkotbah, tiba-tiba seseorang datang kepadaku dan mengatakan bahwa mereka membawa mayat dalam peti mati di ambulan. Pdt. Paul & Pdt. Nkwado (anggota panitia KKR Bonnke) Kami berdua berada di dalam gedung ini. Sebelumnya, secara tiba-tiba seorang Usher (pelayan gereja) berlari kepada kami memberitahukan ada hal yang darurat. Mereka sedang berusaha untuk membawa mayat. Kemudian kami turun dari lantai 4 dan sampailah di tempat yang dikatakan. Pendeta memerintahkan agar mayat dibawa ke atas, namun kami mengatakan agar orang-orang yang di dalam ambulan turun di sini. Pertama-tama saya minta agar isterinya dibawa, dan aku mau berbicara dengan isterinya dulu. Kami membawanya ke tempat yang teduh. Aku mulai menanyakan kepadanya apa sebenarnya yang terjadi. Aku memang merasa ada urapan Allah di sini, begitu kuatnya, sehingga aku yakin urapan Allah bisa membangkitkan suaminya. Nneke Ekechukwu (Isteri): Itulah yang aku rasakan (urapan Allah) sebelum sampai di sini. Pdt. Paul & Pdt. Nkwado: Kami berdua saling bertukar pikiran dan aku mengatakan, hal ini bisa bikin malu membawa mayat ke dalam gereja. Kami menyadari benar apapun yang kami lakukan, dan memang di manapun kami berada, hadirat Allah selalu ada. Jika memang Allah mau menunjukkan mujizatNya terhadap mayat orang ini, hal itu tidaklah menjadi masalah Pdt. Dr. Paul Nwachkwu (panitia KKR. Bonnke) Kemudian seorang petugas keamanan - sebab memang kami mempunyai petugas keamanan dari Nigerian State Security dan Unit Polisi Reaksi Cepat berada di sana. Mereka memerintahkan agar ambulan tersebut untuk berhenti dan meminta mereka untuk membuka peti mayat tersebut. Mereka tidak mau diyakinkan dengan perkataan orang-orang bahwa itu mayat, sebab bisa jadi bom atau bahan peledak yang sengaja dibawa untuk mengebom KKR Pdt. Bonnke. Ketika mereka memeriksa isi peti, mereka melihat memang benar isinya mayat Daniel. Mereka lalu perintahkan untuk menutup peti itu kembali. Itulah pertama kalinya keamanan lokal memerintahkan kami untuk pergi menjauhi peti mayat tersebut. Kemudian isterinya mulai menangis dan berkata " Aku percaya bahwa ia akan hidup kembali. Aku percaya!" Kemudian dia mulai menangis dan mereka menghiburnya. Sebagian mengatakan " turunkan dia (mayat)!" Beberapa berkata " Jangan!" Kemudian sebagian dari orang-orangku menurunkannya, membawa dan yang lain mendorong untuk tidak diturunkan. Ketika mereka sedang mengangkat peti mayat tersebut, mondar-mandir sampai putraku tiba ke sana dan menceritakan kepada mereka agar membawanya ke lantai dasar dan mengeluarkan mayat tersebut dari peti. (Tapi benaknya) mereka mestinya tidak membawa peti mayat ke dalam lantai dasar, sebab anak-anak akan takut dan orang-orang akan berlari. Pdt. Nkwado: Pertama aku berkata, mereka perlu mengeluarkannya dari peti, di mana beberapa pemuda membantu kami untuk melakukannya. Merekapun mengeluarkannya dari peti di sana. Kemudian kami lebih dulu mengambilnya dan membawa masuk ke dalam ruang Youth Conference Center. Kami menggunakan dua meja untuk meletakkan mayat tersebut. Kepalanya di sini (sambil menunjuk), kakinya di sini. Inilah tempat di mana kami membaringkannya.Pdt. Dr. Paul Nwachkwu (panitia KKR.Bonnke) Kami sedang mengadakan pertemuan dan Bonnke selesai khotbah. Kemudian ia berdoa untuk orang-orang. Setelah berdoa untuk orang-orang, aku mengambilnya (mayat Daniel) ke kantor. Tetapi kemudian beberapa orang mendesak dan berkata: " Ia kini bernafas, ia sedang bernafas, ia sedang bernafas!" Pdt. Ibekwe & Pdt. Onyeka: Sekarang ia mulai bernafas, sedikit-demi sedikit dan kami harus berdoa. Aku dan temanku Pdt. Luke. Pdt. Luke Ikbekwe yang memulai berdoa. Aku menjamah tubuh si mayat dari kepala sampai kaki. Posisi kepalanya seperti ini (ia sambil memperagakan). Bahkan ada seseorang yang memfotonya. Posisi tangannya begini (sambil memperagakan) dan ia berbaring seperti ini. Maka kami mulai berdoa. Kami terus berdoa, berdoa dan berdoa. Ia sedang bernafas dan ia sedang hidup kembali. Kemudian seseorang mengumpulkan para pemuda yang juga ada di dalam auditorium. Ketika mereka dikumpulkan, kita semua kumpul di sini. Kami semua berdoa. Dan kami bernyanyi dan kami berdoa. Banyak orang berkumpul di sini. Mereka ingin lihat dan mereka ingin mengetahui akhir dari semua ini. Kemudian semua kami berdoa. Kami berkeringat dan berkata kepada orang-orang untuk pergi menjauh agar ada udara segar masuk. Isterinya duduk di bangku sana. Kami terus tetap berdoa. Seketika kami melihat matanya mulai bergerak, dan kehidupan mulai mengalir. Aku berkata kepada temanku, Pdt. Luke, "Kamu tahu, mereka bilang orang ini sudah tiga hari di kamar mayat. Mari kita pijat dia". Kemudian kami pijat tangan kanannya. Dan kami pijat juga tangan kirinya. Ketika kami sedang menekan tangannya, kehidupan mengalir. Kami meletakkan tangannya di atas dadanya. Kemudian kami menekan lehernya, dan kehidupan mengalir. Kami bisa menggerakan lehernya ke kanan, dan ke kiri. Lalu kami mengambil microphone dan mengumumkan dengan mengatakan kepada orang-orang bahwa orang mati yang dibawa ke mari sudah bernafas. Namun ayah Daniel keberatan dengan pengumumanku itu dan berkata “Walau ia sudah bernafas, tetapi badannya masih kaku seperti besi”. Mendadak orang-orang berteriak padaku agar kembali dan melihat mengapa mereka bersorak-sorai. Tempat ini dipenuhi banyak orang, mereka ingin melihat. Ketika mereka berteriak kulihat orang mati itu ( Daniel) melompat! Ketika ia melompat, aku meninggalkan orang-orang dan lari ke arah Daniel, mendekapnya seperti ini (ia peragakan). Pdt. Dr. Paul Nwachkwu Ketika ia mulai bernafas, tiba-tiba ia melompat dan salah satu tim pelayanan pelepasan mendekapnya. Kemudian ia ( Daniel) clingak-clinguk ke arah sekeliling. Kemudian mereka memutuskan untuk membawanya atas. Sebab orang-orang semakin berjubel memenuhi tempat itu. Kemudian ia (Daniel) seperti orang bingung, meminta filenya, filenya, filenya (catatannya). Pdt. Ibekwe & Pdt. Onyeka: Aku menyadari bila ia (Daniel) tetap diletakkan di sini, ia akan terinjak-injak orang banyak. Aku berkata " Mari kita bawa dia ke atas" dan kami menyusuri tangga ke atas. Sepanjang tangga ia (Daniel) berkata " air, air" Ia sedang meminta air. Maka saya berteriak "ambil air, ambil air, beri dia air”. Ketika mereka menyandarkan tubuhnya, ia (Daniel) bertanya kepadaku " fileku, fileku, fileku". Dan aku berkata " Itu filenya, musuh memakainya untuk menuduh kamu. Tenang, kamu nanti akan tahu”. Kami membawanya ke kantor Pdt. Chris dan menyandarkannya di ruangan yang atapnya ada kipas angin. Kami terus menjaganya, sementara kipas angin terus berputar. Dia masih terus berkata “mana fileku?” Namun akhirnya ia dibawa ke ruang auditorium, di mana udara segar berhembus di situ. Orang-orang berjejal, mereka datang dari arah luar dan masuk. Tampaknya mereka mendengar berita orang mati yang bangkit dari orang-orang. Mereka melihat juga akhirnya orang yang mati tadi sudah duduk di sini. Kisah Perjalanan Kematian Pdt. Daniel Ekechukwu Aku pergi ke kampung di mana ayahku tinggal, ada oleh-oleh yang kubawa untuknya. Aku mengatakan kepadanya bahwa aku akan kembali dengan membawa banyak beras untuk keperluan Natal. Dalam perjalanan pulang ke rumah (Onitsha), ada lembah sangat besar. Lembah dan bukit di situ sangat curam. Selagi aku mengemudi, rem yang kuinjak gagal. Kendaraan yang kupakai Mercedes 2301. Aku mencoba untuk mengendalikan, tetapi aku tidak bisa. Sebab bukit di situ sangat berbahaya, ada banyak tiang-tiang pada kiri kanan jalan untuk menjaga agar kendaraan tidak belok dan kecebur ke jurang. Kendaraanku menabrak jurang dan dadaku terhentak tangkai stir mobil. Aku muntah darah dan darah segar keluar dari mulutku. Juga ada orang yang bersama dengan aku, dan iapun terluka. Kemudian orang-orang banyak mengeruminiku. Mereka mengangkatku ke dalam ambulan dan membawa ke rumah sakit. Itulah yang kuingat. Ketika di rumah sakit aku siuman. Aku melihat ke sekeliling dan tampak olehku alat infus dan alat-alat kedokteran lainnya yang dipasang ke tubuhku. Aku meminta kepada mereka agar isteriku datang. Ketika mereka membawa isteriku, aku mengatakannya agar aku dibawa saja ke dr. Misereke di Owerri. Dialah dokter yang kusukai. Suatu ketika aku pernah terluka, dialah dokter yang merawatku. Sehingga aku yakin bahwa ia mau mengantarku ke dokter tersebut. Kemudian jalanlah kami ke rumah sakit di Owerri. Ada beberapa Pendeta dan beberapa orang yang menyertaiku. Aku kuatir terjadi apa-apa di perjalanan nanti, maka aku meminta agar isteriku diijinkan untuk ikut dalam ambulan. Pada saat itulah aku melihat dua malaikat masuk ke dalam ambulan, tiba-tiba saja aku terkejut dan takut dan ingin bicara keras tentang apa yang sedang aku lihat. Tapi salah satu dari mereka menutup mulutku, sehingga aku tidak dapat berbicara. Aku cuma bicara dengan isteriku agar ia mau memelihara jemaat Tuhan dan lain sebagainya. Aku pikir dia tidak tahu. Kemudian kedua malaikat membawaku pergi. Kami tiba di suatu tempat dan mereka menggandeng tanganku dan mengatakan “Mari pergi ke sorga”. Itulah yang dikatakannya kepadaku. Aku berbicara dengannya (malaikat) persis seperti berbicara dengan manusia. Aku mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadanya dan iapun menjawabku. Ia menggandengku seperti teman. Ia membawaku ke suatu tempat, di mana aku melihat kumpulan banyak orang. Sedang malaikat bersama-sama dengan aku. Malaikat yang bersama aku memakai pakaian putih. Tubuhnya putih murni. Pakaiannya putih murni. Ketika aku melihat kumpulan besar tersebut, salah satu dari mereka persis seperti aku. Dalam hati aku berkata “Lihat di mana malaikat bersama-sama mereka” Kemudian ia (malaikat) mengatakan kepadaku bahwa mereka adalah orang-orang kudus yang sudah mati berkumpul. Inilah tempat bagi mereka. Jadi, ketika aku melihat mereka, mereka memuji-muji Tuhan, sungguh luar biasa. Kau tahu, seakan-akan ada kuasa di dalamnya yang mengendalikan suasana yang mereka lakukan. Kalau mereka ingin mengangkat tangan, maka serempak mereka lakukan. Tak seorangpun yang mendahului atau lebih lambat. Jika mereka ingin sujud, mereka serempak bersujud. Dan tak seorangpun yang lebih cepat, atau lebih lambat. Seakan-akan ada kekuatan yang mengendalikan semua yang mereka lakukan tersebut. Saya juga mendengar suara alat-alat musik , tapi tidak kulihat alat-alat musik tersebut. Saat pengalaman ini berlangsung dan menyatu, terhanyut aku ingin bergabung dengan ke tengah-tengah mereka tetapi malaikat itu berkata “Jangan...masih banyak yang akan kutunjukkan kepadamu, jangan ke sana. Mari kita lihat rumah besar seperti yang dijanjikan Yesus”. Maka malaikat itu membawa aku ke suatu tempat yang luar biasa. Hal itu sangat nyata kulihat, sampai aku tidak bisa menggambarkan keindahan tersebut. Pokoknya sangat-sangat mulia. Aku sangat terkagum dengan rumah tersebut, semua tampak seperti kaca dan seperti emas yang tak bisa digambarkan. Setiap bunga tampak seperti emas. Ketika aku sedang melihat tempat tersebut, dia mengatakan kepadaku bahwa Yesus sudah menyelesaikannya, tetapi sayang, orang-orang kudus belum siap. Kemudian malaikat tersebut berkata “Mari ikut aku ke neraka”. Itulah saat terakhir aku melihat sorga. Kami bergerak mendekati tempat tersebut, dan tampaklah pintu gerbang yang sangat besar, teramat besar. Tampak tulisan di puncak gerbang tersebut “SELAMAT DATANG DI PINTU GERBANG NERAKA” Malaikat tersebut menggandeng tanganku memasuki gerbang tersebut. Malaikat itu menurunkan tangannya, maka terbukalah gerbang tersebut dan terdengarlah suara bising (gaduh) yang sangat amat. Tiba-tiba gerbang tersebut terbuka. Aku mulai mendengar ratapan. Kemudian aku melihat ke dalam, tampak orang-orang seperti saya di sini. Mereka mengenakan pakaian. Mereka punya tubuh yang sama seperti kita, beberapa hitam dan putih. Mereka tampak berbeda dengan apa yang saya lihat sebelumnya di sorga. Mereka sedang berteriak-teriak – tampak sangat menderita dan tersiksa. Aku sendiri tidak sadar kalau mereka melihat aku bersama malaikat, karena memang aku sedang bersama malaikat. Herannya mereka tidak meminta pertolongan kepada malaikat. Malahan minta pertolongan padaku. Kulihat seorang dalam keadaan ketakutan berusaha menyentuhku berkali-kali. Ia berteriak “Aku ini Pendeta, aku hanya mencuri uang gereja dan aku berusaha untuk mengembalikan segera”. Dia hanya ingin mengatakan bahwa ia akan segera mengembalikannya, itulah sebabnya supaya aku mau menolongnya. Sungguh aku belum pernah melihat api yang menjilat-jilat seperti di neraka itu. Aku melihat orang-orang tersiksa di dalam api. Tentang semuanya ini, malaikat mengatakan kepadaku agar dicatat untuk dibawa. Kemudian malaikat tersebut memberiku buku catatan dan polpen kepadaku. Maka aku mencatat semua pengalaman ini. Ketika aku bangun (bangkit dari mati) hal pertama yang kuingat adalah catatan-catatanku tadi. Maka kukatakan “mana catatanku, mana catatanku?” Tapi mereka tidak mengerti apa yang kumaksud. Jadi semua yang kulihat kucatat. Tetapi kemudian aku menyadari bahwa catatanku, mungkin ya ingatanku sendiri (pengalamanku). Jadi ketika aku sedang berdiri dan minta agar malaikat menolong mereka, ia (malaikat) mengatakan bahwa aku punya kesempatan lain untuk kembali. Dia (malaikat) mengatakan semua ini, bahwa orang kaya (dalam Alkitab) di alam maut telah diturunkan pada generasi ini. Aku tidak mengerti maksudnya. Sesudah aku bangun dan membaca dalam Alkitab, aku menyadari bahwa permintaan yang orang kaya tersebut, yakni agar orang mati dibangkitkan kembali ke dunia. Malaikat mengatakan kepadaku bahwa ia akan memberiku kesempatan lain, dan untuk kembali ke dunia sebagai peringatan terakhir pada generasi ini. SETELAH BANGKIT Setelah bangkit dari kematian, Pdt. Daniel dan istrinya kembali ke desa ayahnya. Ia bertemu ayahnya dengan penuh suka cita. Tidak bisa dibayangkan suka cita mereka rasakan. Penduduk kampung juga menyambut dengan gembira, sambil mengucapkan “puji Tuhan, puji Tuhan”. Mereka memeluk sang Pendeta, mencium pipinya. Sebagian ada yang terbengong-bengong seakan tidak percaya, orang yang telah mati tiga hari, sekarang ada di depan mata mereka. Sebagian ada yang menangis. Mereka berkumpul mengadakan kebaktian dengan nyanyian-nyanyian syukur. Setelah itu ia juga menemui dokter yang memberinya surat kematian. Dokternya terheran-heran dan mengatakan “Hari Jumat yang lalu aku melihat Daniel sebagai mayat, tetapi sekarang, lihat! Yang seperti ini aku belum pernah mendengar. Orang mati hidup lagi, memang itu sering kudengar, tapi mayat sudah 3 hari di kamar mayat hidup lagi?! Daniel melihat surat kematian yang diberikan dokter padanya. “Oh...benar-benar aku pernah mati” suara dalam hatinya. Tak lama kemudian ia datang ke petugas kamar mayat. Ia ingin mengetahui tentang saat-saat kematiannya. Petugas kamar mayat bercerita kepadanya tentang apa saja yang ia lakukan dengan mayat Daniel. Dari proses pembalseman, sampai masuk ke peti mati, semuanya diceritakan. Ia juga menunjukkan tempat di mana ia dibaringkan. Ketika peti mati, sarung tangan dan kapas penutup hidungnya ditunjukkan kepada Daniel, ia tampak sedih dan memukul-mukul keningnya. Kini ia kembali melayani Tuhan, dengan gairah dan semangat yang baru. Haleluya! (Diterjemahkan oleh Pdt.Agus Setiono STh – diambil dari CD “Raised From The Dead”).

Terpujilah Tuhan Yesus selamanya…. Menangkan jiwa-jiwa bagi kerajaanNya…


Beberapa Buku Reinhard Bonnke (sudah terjemahan Indonesia)





2 comments:

  1. Luar biasa pelayanan Reinhard Bonke ke seluruh dunia

    ReplyDelete
  2. Casino Betting: When to Open in New Zealand - Worrione
    When you open a New Zealand online 1xbet korean casino, it is advisable to choose a name and that name in 인카지노 order to start playing at online casino games. 바카라

    ReplyDelete